MAKALAH
KEWIRAUSAHAAN
DAN ETIKA BISNIS ISLAM
“Prinsip-Prinsip
Etika Bisnis Konvensional”
DosenPembimbing
:
Ahmad fageh, M.H.I.
Disusun
Oleh:
Afirul
Murdifin - Inayatul Amaliyah
Nazihatul
Arofiyah - Rif’atin Aprilia
Siti
Afiyah - Siti Masruroh
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2016
-----------------------------------
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT.dzat yang MahaSempurna, Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya, karena hanya
dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini sesuai dengan apa
yang diharapkanya itu tentang “Prinsip-prinsip Etika Bisnis Konvensional”.
Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kewirausahan dan
Etika Bisnis dalam Islam”.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses
penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk social penulis tidak
bias berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan,
serta rahmat dan karunia dari–Nya.
Penulis berharap agar mahasiswa
khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat memberikan kritik yang positif dan
saran untuk kesempurnaan Makalah ini.
Lamongan, 17 Oktober
2016
|
|
Penulis
|
---------------------------------------
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi Etika
Bisnis................................................................. 3
B.
Etika Bisnis
dalam Suatu Perusahaan....................................... 5
C.
Prinsip-Prinsip
Etika Bisnis Konvensional................................ 8
D.
Perbedaan Bisnis Konvensional dan
Non Konvensional.......... 11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................... 12
B.
Saran ........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
----------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada
norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang
tidak bisa dipisahkan,
hal tersebut membawa serta etika-etika tertetu dalam kegiatan bisnisnya, baik
etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat, baik itu dalam
hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan
pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Oleh karena itu, pada makalah ini kami
akan membahas mengenai “Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Konvensional”.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah merupakan hal-hal apa saja yang akan dikaji oleh penulis.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1.
Apa Definisi Etika Bisnis?
2.
Bagaimana Etika Bisnis dalam Suatu Perusahaan?
3.
Apa Saja Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Konvensional?
4.
Bagaimana Perbedaan Bisnis Konvensional dan
Non Konvensional?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas Mata Kuliah Kewirausahaan dan Etika Bisnis Islam juga sebagai berikut :
1.
Mendefinisikan Etika Bisnis.
2.
Menjelaskan Etika Bisnis Dalam Suatu Perusahaan.
3.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Konvensional.
4.
Menjelaskan Perbedaan Bisnis Konvensional Dan Non Konvensional.
-----------------------------------------
BAB II
PEMBAH ASAN
A.
Definisi Etika Bisnis
Etika (ethics) berasal dari bahasa
Yunani “ethikos” mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis
konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, aturan-aturan
moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua,
pencairan ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga,
pencairan kehidupan yang baik secara moral. Dalam pengertian ini, Etika adalah
suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan “kebaikan (rightness) atau
moralitas (kesusilaan)” dari perilaku
manusia.
Drs. O.P. SIMORANGKIR: etika atau etik sebagai
pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat: etika
adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia
dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika
pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini
dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian
etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Dalam ilmu
ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti
"sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Secara
etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis"
sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya. Penggunaan singular kata bisnis dapat
merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis
yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat
merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian."
Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh
komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi
"bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Kata bisnis dalam Al-Qur’an yaitu al-tijarah dan dalam
bahasa arab tijaraha, yang bermakna berdagang (beniaga). Jadi, Etika Bisnis adalah standar-standar
nilai yang menjadi pedoman/acuan manajer dan segenap karyawan dalam
pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik.
Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah
saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau
mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini,
reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku
etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis.[1]
B.
Etika
Bisnis dalam Suaru Perusahaan
Etika
bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial
suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Etika bisnis
diartikan sebagai pengetahuan tentang cara ideal pengaturan dan pengelolaan
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan
secara ekonomi. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan
kegiatan bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, bisnis harus mempertimbangkan
unsur norma dan moralitas yang berlaku di masyarakat.
Bisnis
selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari. Hal ini dapat dapat disebut sebagai etika pergaulan bisnis. Etika
pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain:
1.
Hubungan
antara bisnis dengan langganan
Hubungan antara bisnis dengan langganannya merupakan
hubungan yang paling banyak dilakukan. Oleh karena itu bisnis haruslah menjaga
etika pegaulannya secara baik dalam hal ini.
2.
Hubungan
dengan karyawan
Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal
yaitu: penarikan, latihan (training), promosi atau kenaikan pangkat, transfer,
demosi, maupun lay-off atau pemecatan/PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
3.
Hubungan
antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu
dengan perusahaan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan
dengan pesaingnya, dengan
penyalurnya, dengan grosirnya, dengan pengecernya, agen tunggalnya maupun
dengan distributornya.
4.
Hubungan
dengan investor
Didalam hal ini masyarakat yang ingin menanamkan uangnya
dalam bentuk pembelian saham maupun surat-surat berharga lainnya harus diberi
informasi yang lengkap dan benar terhadap prospek perusahaan yang telah go
publik tersebut. Janganlah
sampai terjadi manipulasi atau penipuan terhadap informasi atas hal ini
5.
Hubungan-hubungan
dengan lembaga keuangan
Hubungan dengan lembaga keuangan terutama jawatan pajak pada
umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Laporan
finansial tersebut haruslah di susun secara baik dan benar sehingga tidak
terjadi kecenderungan kearah penggelapan pajak misalnya keadaan tersebut
merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik tentu saja.[2]
Di dalam organisasi perusahaan
terdapat etika individu pemimpin, etika para pegawai dan
etika berorganisasi.[3] Mengenai
etika manajer perusahaan, B. Posner dan W. Schmidt telah melakukan penelitian
yang perusahaannya maju bahwa etika para manajer disimpulkan:
1.
Tujuan
utama manajer adalah menjadikan organisasi yang efektif.
2.
Memaksimumkan
laba dan kepentingan pemegang saham dan bukan kepentingan sentral.
3.
Menyertai
pelanggan sebagai sesuatu yang sangat penting.
4.
Kejujuran
dinilai sebagai karakteristik yang sangat tinggi oleh manajer dalam semua
tingkatan.
5.
Tekanan
untuk menyesuaikan diri terhadap standar organisasi dipandang sebagai yang
paling tinggi.
6.
Suami
atau istri dipandang mempunyai peranan penting dalam membantu pasangannya
dikala menghadapi dilema etika.
7.
Menanggulangi
dilema etika, kebanyakan manajer berusaha mendapatkan nasihat dari orang lain.
Mengenai etika organisasi perusahaan
terdapat beberapa hal meliputi:
1.
Etika
organisasi perusahaan terhadap konsumen
Contoh: Promosi tidak boleh membohongi, produk yang dijual
sesuai
kemasan yang tertulis, produk yang rusak tidak dijual, dll.
2.
Etika
organisasi perusahaan dengan karyawan
Contoh: Seleksi dan promosi karyawan dilakukan dengan
terbuka, penggajian dilakukan secara transparan, PHK dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan dan disepakati, dll.
3.
Etika
antar organisasi perusahaan
Contoh: Bersaing tidak saling mematikan, promosi tidak
saling menjelekkan, tidak melakukan penyerobotan tenaga kerja yg aktif, dll.
4.
Etika
organisasi terhadap investor
Contoh: Tidak melakukan mark up asset
perusahaan, tidak melakukan akuisisi internal, tidak menerbitkan saham atau
obligasi fiktif, dll.
5.
Etika
organisasi perusahaan dengan lembaga
Contoh: Tidak ingkar janji dengan asuransi atau bank, tidak
menghindari pembayaran pajak, tidak menyalah gunakan ijin, dll.
Dalam menciptakan etika bisnis ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1.
Pengendalian
diri
2.
Pengembangan
tanggung jawab sosial atau (social responsibility)
3.
Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
4.
Menciptakan
persaingan yang sehat
5.
Menerapkan
konsep pembangunan berkelanjutan
6.
Mampu
menyatakan yang benar itu benar
7.
Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongn pengusaha kuat dan golongan pengusaha
kebawah
8.
Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang telah di sepakati bersama
9.
Menumbuh
kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah di sepakati
10.
Perlu
adanya sebagian etika bisnis yang di tuangkan dalam suatu hukum yang positif
dalam peraturan perundang-undangan.
C.
Prinsip-Prinsip
Etika Bisnis Konvensional
Pada umumnya, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang
baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari, dan
prinsip ini sangat berhubungan erat terkait dengan
sistem nilai-nilai yang dianut di kehidupan masyarakat.
1.
Prinsip
Otonomi
yaitu dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasrkan kesadarannya tentang tentang apa yang baik baginya untuk
dilakukan. Unsur hakiki dari prinsip
otonomi ini adalah kebebasan untuk bertindak secara etis dan bertangung jawab. Etis adalah tindakan yang bersumber
dari kemauan baik serta kesadaran pribadi. Orang yang otonom adalah
orang yang sadar akan kewaibannya dan bebas mengambi keputusan dan tindakan
berdasarkan apa yang dianggap baik, melainkan juga adalah orang yang bersedia
mempertanggung jawabkan keputusannya dan tindakannya serta mampu bertanggung
jawab atas keputusan dan tindakannya serta dampak dari keputusan keputusan dan
tindakannya.
2.
Prinsip Kejujuran
terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis
yang bisa ditujukan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak berdasarkan kejujuran.Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan
mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan.
Kejujuran memang prinsip yang paling penting dalam kegiatan
bisnis islami maupun konvensional. Para pelaku bisnis modern sadar dan mengakui
bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya. Kejujuran
relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Dalam mengikat
perjanjian semua pihak secara Saling percaya, serius serta tulus dan jujur
dalam membuat dan melaksanakannya. Jika ada salah satu pihak yang tidak jujur
maka akan menimbulkan efek multiplier-expansive. Kejujuran juga relevan dalam
penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Dengan 1x saja
seorang pebisnis berbohong tentang hal apapun, jangan harap mendapatkan
kepercayaan lagi
3.
Prinsip
Keadilan
Menuntut agar orang diberlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang
sesuai, rasional, objektif serta dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip Keadilan
dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a.
Keadilan
Distributive
Yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit
dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya
terhadap benefit. Benefit
terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban social.
b.
Keadilan
Retributif
Yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi)
dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang bertanggung jawab atas konsekuensi negative atas
tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak
lain.
c.
Keadilan
Kompensatoris
Yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak
yang dirugikan. Kompensasi
yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan
barang penebus kerugian.
4.
Prinsip
saling menguntung (mutual benefit principle)
menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa, sehingga menguntungkan semua pihak.
5.
Prinsip
integritas moral
Prinsip ini terutama dihayati
sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan. Tanggung
jawab moral juga tertuju kepada semua pihak terkait yang berkepentingan
(skateholders): konsumen penyalur, pemasok, investor, atau kreditor, karyawan,
masyarakat luas, relasi-relasi bisnis, pemerintah dan seterusnya. Artinya segi
kepentingan pihak-pihak terkait dapat dipertanggungjawabkan secara moral.[5]
6.
Prinsip
Laba
tidak mungkin jika bisnis tidak
mencari keuntunganngan atau laba, pada kenyataanya
hanya keuntunganlah yang menjadi
satu-satunya motivasi atau daya tarik pelaku bisnis. Mencari
keuntungan adalah bukan hal jelek karena semua orang memasuki bisnis selalu
punya motivasi dasar, yaitu mencari keuntungan.[6]
Sedangkan Ekonom
Barat Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar
dalam merumuskan prinsip etika bisnis, yaitu:[7]
1.
Utilitarian
Approach :
setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu,
dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara
yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2.
Individual
Rights Approach :
setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus
dihormati. Namun tindakan ataupun tingkahlaku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan
hak orang lain.
3.
Justice
Approach :
para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan
memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai
dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk
jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
1.
Mampu
mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
2.
Mampu
meningkatkan motivasi pekerja.
3.
Melindungi
prinsip kebebasan berniaga
4.
Mampu
meningkatkan keunggulan bersaing.
D.
Perbedaan Bisnis Konvensional dan Bisnis
Non Konvensional
Pada bisnis konvensioal kesepakatan
antara dua belah pihak untuk memperoleh keuntungan, bersifat umum dan bukan
agamis dalam pelaksanaannya.
Sedangkan dalam bisnis non
konvensional, kesepakatan untuk memperoleh keuntungan dan pelaksanaan itu
bersifat agamis atau sesuai dengan aturan Islam.
[2]Indriyo Gitosudarmo, Pengantar
Bisnis, (Yogyakarta: BPFE, 1996), 53
[3]Mohammad Edris dan Panca
Winahyuningsih, Bisnis Pengantar (Yogyakarta: UGM, 2002), 85
[6]Ibid, 22
[7]Angsa
Hamasaah, “Prisip Etika Bisnis Konvensional” dalam http://angsahamasaahblogspot. com 07/13/02/2010 /prinsip-etika-bisnis-konvensional.html(diakses, 05 Oktober 2016)
----------------------------------------
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Etika bisnis merupakan penerapan tanggungjawab social suatu bisnis
yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Etika bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis
yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi.
Dalam penerapan etika bisnis, bisnis harus memper-timbangkan unsure norma dan moralitas yang berlaku di masyarakat.
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Konvensional meliputi: Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip Saling Menguntungkan, Prinsip Integritas Moral dan Prinsip Laba.
Perbedaan Bisnis Konvensional dan Non Konvensional yaitu, bisnis konvensioal kesepakatan antara dua belah pihak untuk memperoleh keun-tungan, bersifat umum dan bukan agamis dalam pelaksanaannya.
Sedangkan dalam bisnis non konvensional, kesepakatan untuk memperoleh keuntungan dan pelaksanaan itu bersifat agamis atau sesuai dengan aturan Islam.
B.
Saran
Dari
beberapa buku referensi yang kami baca, kami dapat menemukan materi mengenai hal-hal
yang dibahas dalam makalah ini,
Namun kami yakin makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan kami juga yakin dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan,
baik isi, tata bahasa, maupun penyusunannya, maka kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Maka dari itu masukan atau saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah kami selanjutnya.
-------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis tuntutan dan
relevansinya, Jakarta PT Gramedia, 2006
Agus Arujanto, Etika bisnis bagi pelaku bisnis, Jakarta,
PT. Raja Pindo Persada, 2011
Angsa Hamasaah, “Prisip Etika Bisnis Konvensional” dalam http://angsahamasaahblogspot. com 07/13/02/2010
/prinsip-etika-bisnis-konvensional.html (diakses, 05 Oktober 2016)
Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, Yogyakarta,
ANDI, 2012
Indriyo Gitosudarmo, Pengantar Bisnis, Yogyakarta,
BPFE, 1996
Mohammad Edris dan Panca Winahyuningsih, Bisnis
Pengantar, Yogyakarta, UGM, 2002
-----------------------------------------