MAKALAH
EKONOMI PEMBANGUNAN
“Indikator
Keberhasilan Pembangunan Ekonomi”
Dosen
Pembimbing :
Abid Muhtarom, S.E., S.Pd.,
M.Ec.
Oleh:
Rif’atin
Aprilia
(2013
0232 9053)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT. dzat
yang Maha Sempurna,
Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “Indikator
Keberhasilan Pembangunan Ekonomi”. Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas Ekonomi Pembangunan.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari–Nya.
Penulis berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Lamongan, 04 Juni 2015
|
|
Rif’atin Aprilia
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................... i
KATA
PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR
TABEL............................................................................................... iv
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................... 1
C.
Tujuan Masalah......................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembangunan
Ekonomi.......................................... 3
B.
Syarat-Syarat
Pembangunan Ekonomi..................................... 5
C.
Paradigma Pembangunan
Ekonomi.......................................... 8
D.
Mengukur Keberhasilan
Pembangunan.................................... 10
E.
Kelemahan Pengukuran
Pendapatan Per Kapita...................... 11
F.
Cara Baru Menghitung
PDB.................................................... 14
G.
Indeks Mutu Hidup.................................................................. 19
H.
Indeks Pembangunan
Manusia................................................. 20
I.
UNSRID................................................................................... 20
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................... 23
B.
Saran......................................................................................... 24
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................... 25
DAFTAR
TABEL
Tabel
1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.................................................... 10
Table
1.2 Perbandingan GNP Perkapita di Beberapa Negara.............................. 18
Table
1.3 Physical Quality of Life Index (PQLI) di beberapa Negara............... 19
Table
1.4 Ranking Indeks
Pembagunan Manusia di beberapa Negara................ 20
Table
2.1 Nilai Indeks
Pembangunan Manusia (HDI) di Asia ............................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini, kita tidak asing lagi dengan berbagai macam bentuk perubahan sosial
dimasyarakat, khususnya di Indonesia. Terdapat banyak sebab dan akibat yang
terkait dengan perubahan social.
Berbagai
bentuk konflik dan kontroversi yang mengiringi proses perubahan social terlihat
belakangan ini yaitu tentang perubahan cara pandang yang mendasari adanya
perubahan social di Indonesia.Bagaimana ketahanan bangsa akan timbul akibat
perubahan social? Apakah kita tidak merasa tertantang akan dinamika social yang
ada di Indonesia.
Perubahan
social dianalogikan sebagai proses seleksi alam seperti ungkapan Charles
Darwin, bahwa yang tidak mampu mengikuti persaingan alam akan kalah. Sehingga
tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan social sebagai bentuk proses penyesuaian
dan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang kemungkinan sangat mendasar
dalam tahanan social masyarakat, nilai-nilai dan pola perilaku yang tercermin
dari adanya pengaruh modernisasi dan globalisasi.
Indonesia
saat ini sedang dalam proses menata bangsa menjadi lebih baik. Perubahan social
tersebut diimplementasikan dalam bentuk perubahan pembangunan yang dilihat dari
berbagai aspek yang menyangkut didalamnya. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang “Indikator Keberhasialan Pembangunan Ekonomi”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Pembangunan
Ekonomi?
2.
Apa syarat-syarat dari
pembangunan ekonomi?
3.
Apa itu paradigm
ekonomi?
4.
Bagaimana mengukur
keberhasilan ekonomi?
5.
Apa kelemahan dari
pengukuran pendapatan per kapita?
6.
Bagaimana cara baru menghitung
PDB?
7.
Apa itu Indeks Mutu
Hidup?
8.
Apa itu Indeks
Pembangunan Manusia?
9.
Apa itu UNSRID?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian
Pembangunan ekonomi.
2.
Untuk mengetahui syarat-syarat
pembangunan ekonomi.
3.
Untuk mengetahui tentang
paradigm pembangunan ekonomi.
4.
Untuk mengetahui cara
mengukur keberhasilan pembangunan.
5.
Untuk mengetahui
kelemahan pengukuran pendapatan per kapita.
6.
Untuk mengetahui cara
baru menghitung PDB.
7.
Untuk mengetahui
tentang Indeks Mutu Hidup.
8.
Untuk mengetahui
tentang Indeks Pembangunan Manusia.
9.
Untuk mengetahui
tentang UNSRID.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.[1]
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth) pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional.[2] Suatu
negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan
ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam
standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan
alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam
jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi.[3]
1.
Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai
contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk
menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap
bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil,
makmur, dan sejahtera.
2.
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan
semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
3.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak
berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus.
Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik,
maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Namun,
kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara
tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
B.
Syarat-Syarat
Pembangunan Ekonomi
Dalam
melaksanakan pembangunan ekonomi tidak begitu saja dapat dilaksanakan, akan
tetapi diperlukan beberapa syarat-syarat yang mendukung.
Syarat
utama dalam pembangunan adalah adanya Pemerintahan dan Rakyat. Pembangunan
tergantung pada Pemerintah dan rakyat. Pembangunan tidak dapat berjalan apabila
hanya salah satu yang menjalankan. Sehingga pembangunan pada dasarnya adalah
dari rakyat untuk rakyat. Rakyat yang berdaulat, maka sudah sewajarnya rakyat pulalah
yang menikmati hasil-hasil pembangunan.
Pembangunan
yang hanya dijalankan oleh satu pihak atau dipaksakan, artinya tanpa melibatkan
rakyat dalam arti sebenarnya bukanlah model pembangunan yang ideal. Pembanguan
semacam ini dapat terjadi, namun dalam kondisi dimana sistem Pemerintahannya
adalah diktator. Model pembangunan diktator hanya akan melahirkan penderitaan
dan kesengnsaraan rakyatnya, oleh karena itu model pembangunan yang seimbang
atau ideal adalah model pembangunan dengan melibatkan dan didukung penuh oleh
rakyat.
Dukungan
ini dalam bentuk partisipasi rakyat. Jika pembangunan hanya dilakukan oleh
Pemerintah, yaitu mengandalkan sepenuhnya Pemerintah, maka dapat dipastikan
pembangunan tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan, oleh karena itu peran
serta masyarakat menjadi sangat penting.
Penduduk, masyarakat atau istilahnya sumberdaya manusia merupakan
aset penting dalam pembangunan, mengingat penduduk sebagai suatu agent of
development, sehingga tidaklah berlebihan bila dikatakan berhasil tidaknya
pembanguan ditentukan oleh sikap penduduk selama proses pembangunan
berlangsung.
Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pembangunan, yaitu :[4]
1.
Sumber Daya Alam
Sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu negara merupakan anugerah yang perlu disyukuri, sebab
tidak semua negara memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan
lengkap. Sumberdaya alam seperti hutan dengan segala isinya, hasil pertambangan
sudah sewajarnya digunakan untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakatnya.
Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan, sumberdaya alam yang memiliki
nilai ekonomis tinggi hendaknya tidak dieksploitasi. Sebab keberadaannya perlu
dipikrkan untuk generasi yang akan dating. Jangan sampai hasil hutan dijarah
habis sehingga mengakibatkan hutan gundul dan pada gilirannya dapat menyebabkan
banjir dan tanah longsor.
2.
Akumulasi Modal
Modal atau
kapital diperlukan dalam proses pembangunan.Modal diperlukan guna membiayai
proyek-proyek yang dijalankan oleh pemerintah maupun swasta. Modal dibentuk
melalui proses tabungan, investasi dan akumulasi modal. Modal dapat diperoleh
dari dalam negri, yaitu melalui penghimpunan tabungan masyarakat maupun dari
luar negri melalui bantuan luar negri atau hutang luar negri dan investasi
asing.
3.
Organisasi
Organisasi atau
kumpulan sekelompok masyarakat sebagai tempat untuk mengorganisir semua
kebutuhan masyarakat. Sehingga melalui organisasi dapat tertampung aspirasi
masyarakat yang berkembang terus. Melalui organisasi masalah-masalah
pembangunan dapat dipecahkan secara bersama-sama dan lebih demokratis.
4.
Kemajuan Teknologi
Teknologi
akan selalu mengalami perkembangan yang terus menerus.
Kemajuan
di bidang teknologi akan membantu dalam proses pembangunan. Kemajuan di bidang
teknologi hanya dimungkinkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh
karena itu pengembangan sumber daya manusia menjadi hal yang penting. Investasi
sumberdaya manusia bukanlah investasi jangka pendek tetapi merupkan invesatasi
untuk jangka panjang, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat dilihat dalam
sekejap.
Kemajuan
suatu bangsa pada saat ini sangatlah ditentukan oleh kemajaun di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Negara-negara maju mempunyai perhatian yang
sangat besar terhadap perkembangan teknologi. Hal ini memungkinkan karena di
negara maju tersedia dana dan sumber daya manusia. Sebaliknya di negara sedang
berkembang dana sangat terbatas dan sumber daya manusia yang dimiliki sangat
terbatas.
5.
Pembagian Kerja
Sistem pembagian
kerja yang dikemukan oleh Adam Smith pada hakekatnya adalah sebagai suatu
spesialisasi, dapat meningkatkan kerja atau produkstivitas. Pembagian kerja
diperlukan untuk meningkat ketrampilan dan pada akhirnya meningkatkan
pendapatan melalui produktitas yang tinggi. Produktivitas dapat dicapai melalui
kerja keras, disiplin dan ulet. Akan tetapi itu semua belum menjamin pada
tingkat pendapatan yang tinggi. Sebab profesi atau jenis pekerjaan sangat
menentukan tingkat upah yang diterima.
6.
Skala Produksi
Pembangunan
ekonomi pada hakekatnya adalah proses peningkatkan produksi yang dilakukan oleh
masyarakat. Kemampuan untuk memproduksi baranga dan jasa sangat tergantung pada
skala produksi yang dimiliki oleh suatu negara .
7.
Faktor Sosial
Kehidupan
sosial, politik dan kebudayaan masyarakat di negara sedang berkembang tidak
dapat dilepaskan daerah kehidupan sosial, politik dan kebudayaan masyarakat
internasional, maka sistem sosial dalam negeri saling berhubungan sistem sosial
internasional beserta dengan organisasi dan peraturan-peraturan pelaksanaan
tentang ekonomi global. Aspek yang terpenting dari kondisi ini adalah munculnya
fenomena dominasi dan dependensi atau ketergantungan di antara negara maju
dengan negara-negara sedang berkembang.
8.
Faktor Manusia
Sumber daya
manusia sebagai agent of development, pelaksanan dan penentu berhasil tidaknya
pembangunan. Sumber daya manusia merupakan faktor produksi dalam proses
pembangunan, sehingga bentuk dan sstem yang ada merupakan produk dari sumber
daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia yang handal merupakan aset dalam
pembangunan. Permasalahan muncul apabila sumber daya manusia yang dimiliki
sangat terbatas dengan kualitas yang sangat rendah. Di negara sedang berkembang
pada umumnya sumber daya manusia yang dimiliki melimpah dengan kualiatas yang
rendah. Dengan kondisi seperti ini jelas sangat menghambat proses pembangunan.
9.
Faktor Politik dan
Administrasi
Pengaruh
kepentingan dan kekusaan pada masyarakat negara sedang berkembang mempunyai
segmen yang berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung pada sistem sosial, ekonomi
dan sejarah politik yang dimiliki oleh masing-masing negara sedang berkembang.
Pada dasarnya di negara sedang berkembang peran militer dalam negara sangat
kuat. Di Amerika Latin, kekuasaan negara terdiri dari militer, industrialis dan
pemilik tanah, sedang di Afrika para politikus dan kaum buruh yang berkuasa.
C.
Paradigma Pembangunan Ekonomi
Paradigma pembangunan ekonomi
konvensional mengartikan pembangunan ekonomi hanya sekedar kenaikan pendapatan
perkapita, sehingga tidaklah mengherankan jika pembangunan ekonomi identik
dengan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara sedang berkembang banyak yang
terjebak oleh paradigma ini. Hal ini ditandai dengan target pertumbuhan ekonomi
yang tinggi yang harus dicapai oleh setiap negara sedang berkembang untuk
keluar dari kesengsaraan. Namun dalam kenyatannya paradigma pembangunan ekonomi
yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi memberikan dampak tidak seperti
yang diharapkan.
Kondisi ini dapat dilihat dari
keberhasilan negara-negera berkembang dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi-nya, namun tidak diikuti dengan perbaikan tingkat kehidupan
masyarakatnya. Artinya pembangunan ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat sedang sebagian besar masyarakat yang hidup pada tingkat kemiskinan
tidak mengalami perubahan yang berarti.
Dengan melihat pengalaman
negara sedang berkembang yang mengalami kegagalan dalam mengintegrasikan konsep
pembangunan ekonomi, maka pada saat ini paradigma pembangunan mengalami
perkembangan yang semakin dapat diterima oleh berbagai kalangan. Konsep
tersebut dikembangkan oleh Meir pada tahun 1995 sebagai berikut.
Pembangunan ekonomi adalah
suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat dalam kurun
waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah
gari kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin
timpang.
Dengan demikian konsep
pembangunan ekonomi tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga
harus ada perubahan (growth with change). Jadi konsep pembagunan pada
saat ini jauh lebih kompleks dan tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi saja
sehingga indikator keberhasilan pembangunan juga mengalami pergeseran. Adapun
perubahan-perubahan tersebut meliputi :[5]
1.
Perubahan
secara struktural
2.
Perubahan
secara kelembagaan
Perubahan secara struktural
pada umumnya perubahan yang terjadi di bidang struktur secara ekonomi, yaitu
dari struktur pertaniaan atau primer ke struktur industri atau sekunder. Sedang
perubahan secara kelembagaan melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan.
D.
Mengukur Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan
seperti yang sudah ditegaskan diatas, tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi
saja tetapi juga dari sisi lainnya. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan
sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi. Dalam bukunya Mudrajad
Kuncoro (Ekonomika Pembangunan, 2006) menetapkan ada 2 (dua) indikator utama
dalam menentukan keberhasilan pembangunan di negara sedang berkembang, yaitu
indikator ekonomi dan indikator sosial.
Indikator
ekonomi meliputi :[6]
1.
Laju pertumbuhan
ekonomi
Laju pertumbuhan
ekonomi merupakan indikator ekonomi yang paling utama dalam menilai keberhasilan
pembangunan.
Tabel
1.1
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia[7]
2004
|
2005
|
2006
|
|
Total Konsumsi
|
4.9
|
4.3
|
3.9
|
-
Konsumsi Swasta
-
Konsumsi Pemerintah
|
5.0
4.0
|
4.0
6.6
|
3.2
9.6
|
Investasi
|
14.7
|
10.8
|
2.9
|
-
Permintaan Domestik
-
Net Ekspor
|
5.4
-19.5
|
5.3
13.6
|
3.3
15.6
|
Ekspor Barang dan
Jasa
|
13.5
|
16.4
|
9.2
|
Impor Barang dan Jasa
|
26.7
|
17.1
|
7.6
|
PDB
|
5.0
|
5.7
|
5.5
|
2.
Gross
National Product (GNP) perkapita
3.
Gross
Domestic Product (GDP) per
perkapita dengan Purcashing Power Parity
Indikator Sosial meliputi : [8]
1.
Human
Development Index (HDI)
2.
Physical
Quality Life Index (PQLI)
E.
Kelemahan Pengukuran Pendapatan Per
Kapita
Data mengenai pendapatan perkapita yang digunakan sebagai indeks
atau tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat pada kenyataannya
kuranglah relevan, dalam arti data tersebut kurang mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dan kurang mewakili. Oleh karena itu tidaklah mengherankan hingga
saat ini banyak para ahli ekonomi yang masih tetap menyangsikan keabsahan dari
data tersebut.
Sebenarnya banyak sekali tolak ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, tidak hanya dilihat
dari faktor ekonomi saja tetapi juga meliputi faktor-faktor yang lain, seperti
faktor sosial, politik dan kebudayaan. Karena sifatnya yang sangat kompleks
ini, maka untuk mengukur tingkat kesejahteraan tidaklah mudah tidak hanya
dilihat secara materi atau lahiriah saja, tapi haruslah melibatkan keduanya.
Dengan demikian kesejahteraan mempunyai konotasi atau bersifat sangat relatif
sekali atau adanya unsur subyektivitas yang mendukung di dalamnya.
Oleh karena itu sejahtera secara materi belum tentu sejahtera
secara lahiriah dan sebaliknya sejahtera secara lahiriah belum tentu sejahtera
secara materi. Masalah ini akan selalu terkait di dalam membicarakan masalah
kesejahteraan dan sulit untuk melepaskannya. Namun demikian sampai saat
sekarang ini yang digunakan sebagai standar oleh suatu negara untuk melihat
tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara dan belum ditemukan suatu tolak
ukur lain yang secara materi dapat memuaskan semua pihak.
Dari uraian diatas, maka tidak pelak lagi penggunaan tolak ukur
tingkat kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan pendapatan perkapita ini
masih menjadi perdebatan para ahli ekonomi dan mendapat kencaman/
kritikan disana-sini. Terlepas dari itu semua yang jelas sampai saat ini
penggunaan tolak ukur ini belum ada yang menggantikan.
Apabila mengacu dari adanya kelemahan-kelemahan dari penggunaan
tolak ukur ini pada hakekatnya dapat digolongkan menjadi dua: [9]
1.
Kelemahan
yang bersumber dari kenyataan, bahwa tingkat kesejahteraan penduduk bukan saja
ditentukan oleh tingkat pendapatannya, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor
lain.
2.
Kelemahan-kelemahan
yang bersumber dari ketidak sempurnaan dalam menghitung tingkat pendapatan
perkapita.
Sejak lama masyarakat punya persepsi
atau penilaian bahwa untuk tingkat kesejahteraan penduduk ditentukan oleh
besarnya pendapatan yang diperolehnya. Orang dengan tingkat pendapatan yang
tinggi dapat dikatakan bahwa mereka kaya dan mereka makmur atau sejahtera.
Penilaian ini tidaklah salah dan juga tidaklah mutlak benar, sebab pada
dasarnya orang hanya bisa menilai pada sesuatu yang dapat dilihat saja.
Secara umum haruslah diakui
bahwa tingkat pendapatan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan tingkat kesejahteraan penduduk. Dengan tingkat pendapatan yang
dimiliki penduduk bisa memenuhi segala yang diinginkan. Sebab itu tidaklah
mengherankan bagi mereka yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi dapat
memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan. Sebab tidak semua keinginan dapat
dipenuhi secara bebas/ gratis lebih-lebih pada saat sekarang ini banyak pengorbanan
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan barang dan jasa.
Jika dibandingkan dengan
tingkat kesejahteraan berbagai negara maka akan terlihat bahwa kehidupan
penduduk suatu negara banyak sekali corak ragam dan aneka kehidupan yang
berbeda antara negara satu dengan negara lain sebagai contoh misal antara
penduduk Indonesia dengan penduduk Malaysia tentu berbeda adat istiadatnya.
Dengan demikian faktor non ekonomi akan berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan penduduk. Faktor non ekonomi yang lain seperti keadaan alam,
keadaan lembaga yang ada dalam masyarakat, kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat dan sebagainya juga akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
penduduk suatu negara.
Di samping itu yang tidak
kalah penting adalah masalah distribusi pendapatan dalam masyarakat, untuk
melihat sejauh mana terjadinya ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat. Namun
demikian bukan berarti bahwa tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan
distribusi pendapatan yang merata atau sebaliknya.
Kelemahan-kelemahan dari perhitungan
pendapatan nasional terutama disebabkan dengan terbatasnya data yang ada,
lebih-lebih untuk negara berkembang. Sumber data yang tersedia seringkali tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu untuk menghitung tingkat
pendapatan nasional banyak sekali ditemui hambatan-hambatan dalam memperoleh
data, seperti data pendapatan penduduk yang masih banyak sekali
kelemahan-kelemahan dalam cara perhitungan, data mengenai jumlah penduduk dan
sebagainya yang kesemuanya itu tidak terlepas dari keterbatasan petugas di
lapangan dan juga terbatasnya biaya. Hal ini akan berbeda sekali keadaannya
bila dibandingkan dengan negara-negara maju.
Dari uraian diatas, didukung
juga dari adanya suatu kesepakatan oleh para ahli ekonomi pembangunan, bahwa
pendapatan nasional perkapita (GNP perkapita) ini memang tidak dapat dijadikan
suatu ukuran dalam menilai keberhasilan pembangunan walaupun ukuran ini masih
terus dipakai oleh banyak negara di negara berkembang.
Adapun alasan yang dapat
dikemukakan adalah, bahwa ukuran ini tidak dapat menunjukkan bagaimana
pendapatan nasional didistribusikan dan siapa yang sebetulnya menikmati
pertumbuhan ekonomi. Sebab dapat saja pertumbuhan pendapatan nasional dan
pendapatan nasional perkapita menyembunyikan kenyataan, bahwa posisi ekonomi
golongan miskin tidak bertambah baik atau malah bertambah buruk bersamaan
dengan bertambah
lebarnya jurang perbedaan di
antara yang kaya dengan yang miskin.
F.
Cara Baru Menghitung PDB (Produk
Domestik Bruto)
Cara
menghitung produk domestik bruto yang banyak menghadapi kelemahan-kelemahan,
maka para ahli ekonomi pada tanggal 12 Juli 1995 mengadakan diskuksi panel di
Jakarta mengenai Taking Nature Into Account, yaitu memasukkan factor
kerusakan lingkungan ke perhitungan produk domestik bruto. Indonesia diwakili
oleh mantan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup, Prof. Dr. Emil
Salim, mengemukakan, bahwa perhitungan produk domestik bruto dan produk
nasional bruto yang sudah lama menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu
negara dan mempengaruhi pengambilan keputusan ternyata mengalami dua kekeliruan
prinsip yaitu : tidak memasukkan perhitungan penipisan sumberdaya alam, dan
perhitungan limbah tidak masuk dalam PDB.[10]
1.
Sejarah Sistem PDB[11]
Pada mulanya, sistem
perhitungan pendapatan nasional yang konvensional diawalli dengan sebuah
seminar tentang statistik ekonomi, yang diorganisasikan oleh Liga Bangsa-bangsa
(LBB) pada tahun 1928. Tujuan penyelenggaaraan seminar itu adalah untuk
mendorong negara-negara agar mengumpulkan data tentang aktivitas ekonominya
dengan suatu standar internasional, yang dapat diperbandingkan. Maka pada tahun
1939, untuk pertama kalinya dipublikasikan data tentang pendapatan nasional di
26 negara, untuk periode 1929 – 1938. Hanya separuh dari negara-negara tersebut
yang pencatatan statistik ekonominya dilakukan oleh pemerintah, selebihnya
dikerjakan oleh lembaga swasta atau perguruan tinggi.
Pada
Desember 1945, sebuah Komite Ahlli Statistik LBB berhasil menyelesaikan sebuah
laporsan yang kemudian menjadi cikal bakal sistem perhitungan pendapatan
nasional yang kita kenal sekarang ini. Tahun 1950, kantor statistik PBB (UNSO),
mulai mengumpulkan data estimasi pendapatan nasional dari 41 negara, untuk
periode 1938 – 1948. Pada tahun 1953, PBB berhasil membakukan sistem perhitungan
ini, sehingga sejak 1958 diterbitkanlah data tahunan tentang pendaptan
nasional, yang semula mencakup 70 negara dan wilayah.
Modifikasi
ringan terhadap sistem ini, yang teruutama menyangkut perbaikan sistematikanya,
pernah dilakukan pada tahun 1960 dan 1964. Hasilnya, sistem 1953 kemudian
direvisi oleh komisi stastistik PBB menjadi sistem 1968. Sistem bakku 1968 ini
kemudian menjadi standar yang berlaku secara internasional selama 25 tahun.
Selanjutnya pada tahun 1993 dilakukan reformasi terhadap sistem ini. Sistem
1993 pada dasarnya didisain untuk memenuhi empat kegunaan, yaitu :
a.
Memantau
perilaku ekonomi.
b.
Kepentingan
analisis ekonomi.
c.
Sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan
d.
Sebagai
dasar perbandingan internasionan
2.
Metode Perhitungan Baru[12]
Kelemahan
yang melekat pada sistem perhitungan PDB selama ini adalah ketidakmampuannya
mengakomodasikan indikator-indikator non-ekonomi (termasuk lingkungan) sebagai
determinan penting bagi tingkat kesejahteraan. Ketika angka PDB nominal tidak
bisa berbicara mengenai tingkat kesejahteraan riil, maka UNDP (United
Nations Development Programme) mengambil inisiatif untuk menghitung
variable PPP (Puchasing Power Parity), sebagai dasar penetu kamampuan
atau daya beli seseorang.
Selanjutnya,
UNDP juga menyajikan sejumlah indikator sosial (menyangkut aspek pendidikan dan
kesehatan), untuk memberi gambaran yang lebih utuh mengenai tingkat
kesejahteraan bangsa-bangsa di dunia. Indikator-indikator tersebut diantaranya
adalah tingkat harapan hidup (life expectancy at birth), tingkat
kematian bayi (mortality rate), tingkat melek huruf (literacy rate),
kemajuan pendidikan yang ditunjukkan scooling years, dan seterusnya. Laporan
perkembangan negara-negara tersebut diterbitkan setiap tahun oleh UNDP dalam Human
Development Report.
Kasus di
Inggris, meskipun pendapatan perkapita selalu meningkat sejak tahun 1950-an,
nyatanya tingkat kesejahteraannya (yang ditunjukkan oleh Index of Sustanable
Economic Welfare) selalu menurun. Hal ini terjadi karena meningkatnya
kerusakan lingkungan dan tumbuhnya berbagai persoalan sosial. Biaya untuk
meredam polusi air, udara, dan suaru selama periode 1950 – 1990 mencapai 22
milyar poundsterling, atau hampir 6 persen dari PDB Inggris.
Persoalan
tersebut, menimbulkan kesadaran akan pentingnya melestarikan pendapatan.
Artinya, pendapatan yang kita peroleh harus dipertahankan atau diawetkan selama
mungkin (income is sustanaible). Pada dasarnnya, filosofi dari gagasan ini
sudah dilontarkan lama, bahkan sejak J.Hicks menuliskan bukunya yang sangat
terkenal, yaitu Value and Capital.
Menurut Hicks, tujuan dari perhitungan
pendapatan nasional adalah memberi indikasi mengenai seberapa besar masyarakat
dapat mengkonsumsikannya tanpa harus memiskinkan dirinya sendiri. Atas dasar
itulah, maka lokakarya yang diselenggarakan Bank Dunia di Paris, 21- 22
November 1988, menghasilkan rumusan baru sebagai berikut :
NDP = PDB - Konsumsi
Dimana :
NDP = Net
Domestic Product atau PDB netto atau PDB dengan perhitungan yang baru.
Konsumsi = Biaya yang mengakibatkan menipisnya sumber daya
alam.
Pada konferensi di Brussel
31 Mei – 1 Juni 1995, muncul formulasi sebagai berikut :
PDB = OUTPUT TOTAL –
INPUT antara (intermedia Input)
Sehingga:
NDP = PDB -
Depresiasi modal tetap Pendapatan Nasional Bruto
PNB = PDB + Pendapatan Neto
dari luar negeri
Jadi
Pendapatan Nasional Neto = NDP + Pendapatan Neto dari luar negri
Dengan
menggunakan formulasi yang baru ini, maka nilai pendapatan nasional yang
sekarang perlu dilakukan revisi. Setelah dilakukan revisi, maka pendapatan
nasional yang telah diperoleh akan mengalami pegurangan, seperti di Meksiko
pendapatan nasionalnya mengalami pengurangan sebesar 23 persen, sehingga hanya
tinggal 77 persen dari nilai nominal yang berlaku.
Bagaimana dengan di Indonesia ? untuk
kasus di Indonesia, studi yang dilakukan oleh The World Resources Institute,
di Washington DC pada tahun 1989 menunjukkan, bahwa pertumbuhan PDB selama
periode 1971 – 1984 dengan metode baru (adjusted GDP) ternyata hanya 4
persen. Padahal dengan metode lama angka pertumbuhannya adalah 7,1 persen.
Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengurangkan angka PDB konvensional
dengan depresiasi, yang ditimbulkan oleh ekstraksi minyak, penebangan kayu, dan
pemiskinan kualitas tanah. (R. Repetto dkk, Wasting Assets : Natural
Resources in the National Accounts, 1989). Diharapakan dengan metode baru
ini dapat mulai diberlakukan pada tahun 2000 untuk semua negara.[13]
Tabel 1.2
Perbandingan GNP Perkapita di Beberapa Negara Sedang Berkembang
pada tahun 2009[14]
Negara
|
GNP per Kapita
|
|
Current Prices
|
Purchasing Power Parity
|
|
Argentina
|
7.508
|
14.126
|
Brazil
|
7.737
|
10.456
|
Burundi
|
174
|
401
|
Cameroon
|
1.095
|
2.147
|
Chile
|
8.853
|
14.299
|
Costa Rica
|
6.361
|
10.572
|
Ghana
|
639
|
1.572
|
Guatemala
|
2.602
|
4.882
|
Indonesia
|
2.224
|
4.149
|
Kenya
|
842
|
1.751
|
Malawi
|
352
|
881
|
Malaysia
|
7.469
|
13.551
|
Nicaragua
|
995
|
2.654
|
Sierra Leone
|
342
|
747
|
Sri Lanka
|
2.041
|
4.763
|
Thailand
|
3.973
|
7.998
|
Uganda
|
472
|
1.203
|
Venezuela
|
12.354
|
12.496
|
Zambia
|
1.027
|
1.544
|
Sumber : IMF,
World Economic Outlook Oktober 2009
|
Dari tabel di atas,
dapat dilihat bahwa GNP perkapita dengan Current Prices nilainya adalah lebih
rendah dibandingkan dengan nilai bila GNP perkapita dengan Purchasing Power
Parity atau PPP. GNP perkpita dengan PPP merupakan perhitungan GNP yang
sudah disesuikan dengan kemampuan daya beli di masing-masing negara.
G.
Indeks Mutu Hidup
Indeks mutu hidup atau Physical Quality Life Index disingkat
PQLI merupakan indeks gabungan dari 3 indikator utama, yaitu :[15]
1.
Angka
harapan hidup pada usia satu tahun
2.
Angka
kematian
3.
Tingkat melek
huruf
Untuk masing-masing indikator, kinerja ekonomi suatu negara
dinyatakan dalam skala 1 hingga 100, dimana nilai 1 merupakan kinerja terjelek
dan nilai 100 merupakan kinerja terbaik. Jika kinerja ekonomi suatu negara
dinyatakan dalam skala 1 – 100 untuk masing-masing indikator tersebut, maka
indeks kompositnya dapat dihitung dari rata-rata penilaian atas ke 3 indikator
dengan memberikan bobot yang sama untuk masing-masing indicator.[16]
Tabel 1.3
Physical
Quality of Life Index (PQLI) di beberapa negara[17]
Negara
|
PQLI
|
Gambia
Angola
Sudan
Pakistan
Saudi Arabia
India
Iraq
Qatar
Tanzania
Zimbabwe
Brazil
China
Sri Langka
Singapore
Taiwan
|
20
21
34
40
40
42
48
56
58
63
72
75
82
86
87
|
H.
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks
pembangunan manusia atau Human Development Index disingkat HDI dibuat
oleh United Nations Development Program atau UNDP.
Sama halnya dengan PQLI, HDI mencoba merangking semua negara dalam skala 0
hingga 1. Skala 0 artinya,
tingkat pembangunan manusia suatu negara yang paling rendah. Skala 1 artinya, tingkat pembagunan manusia suatu negara
yang paling tinggi.
Indeks pembangunan manusia diukur berdasarkan 3 tujuan atau produk
pembangunan, yaitu :
1.
Usia
panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup
2.
Pengetahuan
yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat
membaca dan rata-rata tingkat sekolah
3.
Penghasilan
yang diukur dengan pendapatan riil yang telah disesuaikan, yaitu disesuaikan
menurut daya beli mata uang masing-masing negara dan asumsi menurunnya utilitas
marginal penghasilan dengan cepat.
Tabel 1.4
Ranking Indeks Pembagunan Manusia di beberapa Negara
pada tahun 2006-2007[18]
Negara
|
2006
|
2007
|
Indonesia
Vietnam
Filipina
Thailand
Malaysia
Brunei
Singapura
Jepang
|
109
114
102
81
63
27
28
8
|
111
116
105
87
66
30
23
10
|
I.
UNSRID
Membuat
daftar indikator kunci pembangunan sosial ekonomi yang terdiri dari beberapa
variabel : [19]
1.
Harapan
hidup
2.
Persentase
penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih
3.
Konsumsi
protein hewani perkapita perhari
4.
Kombinasi
tingkat pendidikan dasar dan menengah
5.
Rasio
pendidikan luar sekolah
6.
Rata-rata
jumlah orang per kamar
7.
Sirkulasi
surat kabar per 1.000 penduduk
8.
Persentase
penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dsb
9.
Produksi
pertanian per pekerja pria di sektor pertanian
10.
Persentase
tenaga kerja pria dewasa di pertanian
11.
Konsumsi
listrik, kw perkapita
12.
Konsumsi
baja, kg perkapita
13.
Konsumsi
energi , ekuivalen kg batubara per kapita
14.
Persentase
sektor manufaktur dalam GDP
15.
Perdagangan
luar negri per kapita
16.
Persentase
penerimaan gaji dan upah terhadap anggota masyarakat
Tabel 2.1
Nilai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) di Asia
berdasarkan data tahun 2007[20]
Negara
|
Harapan hidup sejak lahir
(tahun)
|
Tingkat melek huruf
( % )
|
Ratio pendaftaran sekolah
( % )
|
PDB real per orang
|
Education Index
|
Nilai HDI
|
Pering-
kat
|
Jepang
|
82,7
|
99,0
|
87
|
33.632
|
0,95
|
0,960
|
10
|
Singapura
|
80,2
|
94,4
|
85
|
40.000
|
0,91
|
0,944
|
23
|
Hongkong
|
82,2
|
94,6
|
74
|
40.000
|
0,88
|
0,944
|
24
|
Korea
|
79,2
|
99,0
|
99
|
24.801
|
0,99
|
0,937
|
26
|
Brunei
|
77,0
|
94,9
|
78
|
40.000
|
0,89
|
0,920
|
30
|
Malaysia
|
74,1
|
91,9
|
71
|
13.518
|
0,85
|
0,829
|
66
|
Thailand
|
68,7
|
94,1
|
78
|
8.135
|
0,89
|
0,783
|
87
|
RR
Cina
|
72,9
|
93,3
|
69
|
5.383
|
0,85
|
0,772
|
92
|
Filipina
|
71,6
|
93,4
|
80
|
3.406
|
0,89
|
0,751
|
105
|
Indonesia
|
70,5
|
92,0
|
68
|
3.712
|
0,84
|
0,734
|
111
|
Vietnam
|
74,3
|
90,3
|
62
|
2.600
|
0,81
|
0,725
|
116
|
Laos
|
64,6
|
72,7
|
60
|
2.165
|
0,68
|
0,619
|
133
|
Kamboja
|
60,6
|
76,3
|
59
|
1.802
|
0,70
|
0,593
|
137
|
Myanmar
|
61,2
|
89,9
|
56
|
904
|
0,79
|
0,586
|
138
|
PNG
|
60,7
|
57,8
|
41
|
2.084
|
0,52
|
0,541
|
148
|
Dari tabel di atas, angka harapan hidup tertinggi dicaapi oleh
Jepang, yaitu sebesar 82,7, artinya bahwa rata-rata masyarakat Jepang dapat
mencapai umur 82,7 tahun atau mendekati 83 tahun. Demikian pula untuk tingkat
melek huruf sebesar 99,0, artinya bahwa hanya 1 persen jumlah penduduk Jepang
yang buta huruf sisanya 99 persen sudah melek huruf. Hal ini menunjukkan bahwa,
tingkat buta huruf di Jepang sangat rendah.
Sebaliknya,
untuk Indonesia angka harapan hidup dicapai pada angka 70,5, artinya bahwa
masyarakat Indonesia hanya dapat bertahan hidup pada umur 70,5 tahun, bandingkan
dengan Jepang yang dapat mencapai umur hampir 83 tahun. Untuk melek huruf
Indonesia hanya mencapai 92,0, artinya bahwa tingkat buta huruf di Indonesia
adalah sebesar 8,0 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Hanya 92,0 persen
saja penduduk Indonesia yang tidak buta huruf. Ranking tertinggi nilai HDI di
Kawasan Asia dicapai oleh negara Jepang, yaitu ranking 10 dunia, sedangkan
Indonesia ranking 111.
Berdasarkan
nilai tersebut, maka pembangunan manusia untuk Indonesia termasuk cukup,
sebaliknya pembangunan manusia di Jepang termasuk sangat tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa di Jepang, pembangunan sudah berorientasi pada kepentingan
manusia. Sumber daya manusia merupakan prioritas utama dalam usaha peningkatan
kualitas. Sebaliknya, di Indonesia, perhatian akan manusia dalam proses
pembangunan masih rendah, sehingga tidaklah mengherankan apabila kualitas
sumber daya manusia di Indonesia masih rendah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pembangunan, yaitu :
1.
Sumber Daya Alam
2.
Akumulasi Modal
3.
Organisasi
4.
Kemajuan Teknologi
5.
Pembagian Kerja
6.
Skala Produksi
7.
Faktor Sosial
8.
Faktor Manusia
9.
Faktor Politik dan
Administrasi
Ada 2 (dua) indikator utama dalam
menentukan keberhasilan pembangunan di negara sedang berkembang, yaitu :
1.
Indikator Ekonomi
a.
Laju pertumbuhan
ekonomi
b.
Gross
National Product (GNP) perkapita
c.
Gross
Domestic Product (GDP) per
perkapita dengan Purcashing Power Parity
2.
Indikator Sosial
a.
Human
Development Index (HDI)
b.
Physical
Quality Life Index (PQLI)
Kelemahan pengukuran pendapatan per kapita, ada dua:
1.
Kelemahan
yang bersumber dari kenyataan, bahwa tingkat kesejahteraan penduduk bukan saja
ditentukan oleh tingkat pendapatannya, tetapi juga ditentukan oleh
faktor-faktor lain.
2.
Kelemahan-kelemahan
yang bersumber dari ketidak sempurnaan dalam menghitung tingkat pendapatan
perkapita.
Indeks mutu hidup atau Physical Quality Life Index disingkat
PQLI merupakan indeks gabungan dari 3 indikator utama, yaitu :
1.
Angka
harapan hidup pada usia satu tahun
2.
Angka
kematian
3.
Tingkat
melek huruf
B.
Saran
1.
Kemajuan sebuah negara
dapat dilihat dari sisi kesehatan, pendidikan dan pendapatan per kapita.
2.
Untuk meningkatkan
kesehatan, pendidikan dan pendapatan per kapita, maka itu bukan hanya tugas
pemerintah tapi juga tugas kita. Bagaimana cara menjaga lingkungan tetap sehat
dan asupan makanan, belajar dan beinovasi serta berusaha untuk menciptakan
peluang pekerjaan.
[1] Wikipedia, Pembangunan Ekonomi dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki/
Pembangunan_ekonomi
(25 Agustus 2014), 06
[2] Graham Bannock dan
Evan Davis, A Dictionary of Economics (Inggris:
Penguin Books Ltd, 2004), 10
[3] Wikipedia, Pembangunan Ekonomi, 06
[4] Dwi Susilowati, Bab iv Indikator Pembangunan Ekonomi dalam
BAB-IV.PDF
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] BPS, statistic
Indonesia tahun 2004, 2005 dan 2006
[8] Dwi Susilowati, Bab iv Indikator Pembangunan Ekonomi dalam
BAB-IV.PDF
[9] Ibid
[10] Kompas 15 Juli 1995
[11] Dwi Susilowati, Bab iv Indikator Pembangunan Ekonomi dalam
BAB-IV.PDF
[12] Ibid
[14] Human Development
Report, United Nation Development Proggamme 2009
[15] Dwi Susilowati, Bab iv Indikator Pembangunan Ekonomi dalam
BAB-IV.PDF
[16] Morris D. Morris dalam Mudrajad
K, 1997
[17] John P. Lewis and
Valeriana Kallab (eds.), US. Foreign Policy and the Third World, Agenda 1983.
(New York: Preger, 1983), tab.C-3.Reprinted with. permission dalam Michael
.P.Todaro, 2000, hal.72
[18] UNDP, Human
Development Report 2006-2007
[19] Dwi Susilowati, Bab iv Indikator Pembangunan Ekonomi dalam
BAB-IV.PDF
[20] Human Development
Report, United nation Development Programmer 2007
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Susilowati, Bab iv Indikator Pembangunan Ekonomi dalam
BAB-IV.PDF
Graham Bannock dan Evan
Davis, A Dictionary of Economics, Inggris,
Penguin Books Ltd, 2004
John P. Lewis and
Valeriana Kallab (eds.), US. Foreign Policy and the Third World, Agenda 1983.
(New York: Preger, 1983), tab.C-3.Reprinted with. permission dalam Michael
.P.Todaro, 2000, hal.72
Morris D. Morris dalam Mudrajad K, 1997
UNDP, Human Development
Report 2006-2007
Wikipedia, Pembangunan Ekonomi dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki/
Pembangunan_ekonomi (25 Agustus 2014)
1 komentar:
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua,SAYA IBU SUKMA Sengaja ingin menulis
sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
500 JT saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan AKI SAKTI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 HARI
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI sakti
kata BELIAU pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 2Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 2M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi Aki Sakti DI NOMOR 085_242_421_477
agar di berikan arahan. jika ingin seperti saya coba hubungi Aki Sakti pasti akan di bantu Oleh Beliau
Posting Komentar