MAKALAH
EKONOMI MAKRO ISLAM
“
Inflasi dalam Perspektif Islam
”
Dosen
Pembimbing :
Abdul Wahab, S.H.I., M.H.I.
Oleh:
Rif’atin
Aprilia
(2013
0232 9053)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. dzat
yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya,
karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini sesuai dengan apa
yang diharapkan yaitu tentang
“Inflasi dalam Perspektif Islam”. Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Ekonomi Makro Islam”.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam
proses penyusunan tugas ini,
karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan
orang lain dan tanpa adanya bimbingan,
serta rahmat dan karunia dari–Nya.
Penulis berharap
agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat memberikan kritik
yang positif dan saran untuk kesempurnaan Makalah
ini.
Lamongan,
29 Oktober 2015
|
|
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi..................................................................... 3
B.
Sejarah
Inflasi.......................................................................... 3
C.
Teori Inflasi............................................................................. 5
D.
Natural Inflation...................................................................... 9
E.
Human Error Inflation............................................................. 11
F.
Menghitung Laju Inflasi.......................................................... 13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................. 15
B.
Saran
....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan
masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi
dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan
ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan
inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Lebih dari itu, ada kecendrungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli
ekonomi Islam modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo,
yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai
jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat
menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai
terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses
terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang
berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi dapat mendistorsi
harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan
terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari
itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan
ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat
perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori,
pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai
dengan yang diinginkan. Pada makalah ini akan kami akan membahas mengenai “Inflasi dalam
Persektif Islam”.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan hal-hal apa saja yang akan dikaji
oleh penulis. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari Inflasi?
2.
Bagaimana Sejarah Perkembangan Inflasi?
3.
Bagaimana Teori tentang Inflasi?
4.
Apa yang disebut dengan Natural Inflation?
5.
Apa yang disebut dengan Human Error Inflation?
6.
Bagaimana Cara Menghitung Laju Inflasi?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai
tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam juga sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui definisi dari Inflasi.
2.
Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Inflasi.
3.
Untuk mengetahui Teori tentang Inflasi.
4.
Untuk mengetahui tentang Natural Inflation.
5.
Untuk mengetahui tentang Human Error Inflation.
6.
Untuk mengetahui Cara Menghitung Laju Inflasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan inflasi konvensional. Inflasi
mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang
bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan
bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga
barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak
hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan
harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi
harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan –
penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
Dalam wikipedia, inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.[1]
B.
Sejarah Inflasi
Sejarah inflasi terjadi pertama kali seiring dengan
kerajaan Byzantium yang berusaha mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor
komoditas-nya sebanyak mungkin ke Negara-Negara lain agar
dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi apa yang kemudian
terjadi? Akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian, mengerluarkan biaya
untuk transportasi, serta juga menikmati sehingga mereka akan membelanja-kan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi sehingga
malah menaikkan tingkat harga komoditasnya sendiri.
Sejarah inflasi di Indonesia antara tahun 1950-2002
dalam pemaparan Akhtar Hossain antara lain dikelompokkan dalam 3 periode utama
yakni:
1.
Periode Soekarno
Tingkat inflasi lebih dipengaruhi kepentingan politik dan pertumbuhan
ekonomi seolah dikorbankan.
Saat itu, pemerintahan lebih memilih mencetak uang terus menerus dan tanpa
diikuti peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja. Akibatnya di
tahun 1965 tingkat inflasi menjadi sangat tinggi mencapai 162,9%.
Situasi itu mengakibatkan terjadinya kerusuhan di mana-mana dan bermuara
pada kejatuhan Presiden Soekarno.
2.
Era Soeharto
Pembangunan
ekonomi menjadi tujuan utama dengan penekanan pada upaya mencapai stabilitas
dan pertumbuhan ekonomi pembangunan. Di era ini, pemicu (trigger) yang
mendorong inflasi adalah karna terlalu vokus pada investasi dalam pembangunan
yang tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan negara.
Hal
ini menyebabkan pengeluaran APBN menjadi lebh besar dari pada penerimaan rutin
artinya peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat diimbangi
dengan penerimaan.
3.
Periode setelah Krisis
Pembangunan ekonomi dinilainya
hanya ditujukan untuk mencapai stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi yang
digerakkan oleh peningkatan daya bel masyarakat.
Berikut
adalah data inflasi dari oktober 2014 sampai bulan september 2015 yang diambil
dari Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi
tahunan oleh Bank Sentral.
Namun pada umumnya dari studi mengenai inflasi menunjukkan bahwa penyebab inflasi di Indonesia adalah
kenaikan harga-harga yang diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan
tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan
politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab.
C.
Teori Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan
jumlah uang yang beredar. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya inflasi. Teori-teori tersebut antara lain:[2]
1.
Teori Kuantitas
Teori ini menekankan pada peranan
jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga
terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
a.
Inflasi hanya bisa terjadi kalau
ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral.
b.
Laju inflasi juga ditentukan oleh
laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat
mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
2.
Teori Keynes
Teori Keynes
memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi
nasional adalah permintaan masyarakat (effective demand), hal ini
terkait dengan produksi dan kapasitas produksi yang tersedia. Rendahnya
kapasitas barang yang diproduksi berakibat harga barang menjadi naik, akibatnya
timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran
model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan
efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi
inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini
terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan
untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya model ini lebih
banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
3.
Teori Strukturalis
Teori ini
menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut teori ini
yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting yang dapat menimbulkan
inflasi yaitu :
a.
Ketidak elastisan Penerimaan
Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban
di banding pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
1)
Dipasar dunia, harga
barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin memburuk.
2)
Produksi barang-barang ekspor
tidak responsif terhadap kenaikan harga.
b.
Ketidakelastisan penawaran atau
produksi Bahan Makanan di dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam
negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal
ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk
naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang
ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah
dan gaji. Naiknya upah dan gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang
memacu kenaikan harga barang pula.
Perbedaan
teori Inflasi menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam adalah sebagai
berikut:
1.
Sebab-sebab Inflasi
a.
Ekonomi Konvensional
1)
Policy induced, disebabkan
oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran
yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
2)
Cost-push inflation, terjadi karena kenaikan biaya produksi, biasanya menyebabkan
penawaran agregat berkurang. Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya harga input pokok. Misalnya kenaikan upah dan kenaikan BBM.
3)
Demand-full inflation, disebabkan
oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga
umum.
4)
Inertial
inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama
sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.[3]
b.
Ekonomi Islam
1)
Natural cause inflation, inflasi
yang terjadi dikarena kondisi alam yang tidak bisa dicegah.
2)
Human error cause inflation, yaitu
inflasi yang terjadi karena kesalahan manusai itu sendiri.
Inflasi
ini, menurut Al-Maqrizi
disebabkan oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk. Kedua,
pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang yang berlebihan.[4]
2.
Solusi dalam mengatasi Inflasi
1)
Kebijakan moneter
2)
Kebijakan fiscal
3)
Kebijakan non-moneter, yaitu dengan
cara menaikkan hasil produksi, kebijaksanaan upah, pengawasan harga.
b.
Ekonomi Islam:
1)
Kebijakan moneter
2)
Kebijakan fiscal
3)
Kebijakan non-moneter
4)
Perbaikan Perilaku Masyarakat.
5)
Reformasi terhadap system moneter
yang ada sekarang dan menghubungkan
antara kuantitas uang dengan
kuantitas produksi.
6)
Menjadikan emas perak sebagai
standart nilai tukar uang dunia
7)
Mengarahkan belanja dan melarang
sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat.
8)
Larangan menyimpan (menimbun)
harta dan mendorong untuk menginvestasikannya.
9)
Meningkatkan produksi dengan
memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral.
10)
Menjaga pasokan barang kebutuhan
pokok.
D.
Natural Inflation (Inflasi Alamiah)
Inflasi Alamiah
adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan disebabkan oleh berbagai macam
penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa negara. Misalnya ketika suatu
bencana banjir terjadi, maka akan terjadi gagal panen diberbagai sawah sehingga
terjadi kelangkaan bahan makanan dan meningkatnya harga bahan makanan. Akibatnya, harga barang-barang ini
mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti oleh kenaikan harga berbagai jenis
barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan gaji para pekerja.[6]
Untuk menganalisisnya, dapat digunakan
perangkat analisis konvensional yaitu persamaan identitas berikut:[7]
MV
= PT =Y
|
Dimana
M
: Jumlah uang beredar
V
: Kecepatan peredaran uang
P
: Tingkat harga
T
: Jumlah barang dan jasa
Y
: Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)
Dimana :
AD = AS
AS = Y
AD = C + I + G + (X – M)
Serta : Y
= Pendapatan nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
(X-M) = Net export
Maka
: Y = C + I + G + (X – M)
Natural
inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu: [9]
1.
Uang yang masuk dari luar negeri terlalu
banyak karena ekspor meningkat (X↑) sedangkan impor
menurun (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar yang mengakibatkan
naiknya permintaan agregatif (AD↑).
Keadaan ini pernah terjadi pada
masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir yang menjual barangnya ke luar negeri
membeli barang-barang dari luar negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari
barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan
menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah
sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya
permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara
keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk
membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya
terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal.
2.
Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena
terjadinya paceklik, perang ataupun embargo ekonomi.
Masa paceklik ini pernah terjadi
pada masa Umar ibn Kahatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak
pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).
E.
Human Error
Inflation
Human error inflation adalah inflasi yang terjadi
karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Allah berfirman:
“Telah Nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”(Q.S. Ar-rum : 41)[10]
1.
Korupsi dan
administrasi yang buruk (corruption and bad administration).
Pengangkatan para pejabat yang
berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan
orang-orang pada berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai
kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan
seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh
ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya
untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finansial
pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya akan terjadi
penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga,
karena para produsen
akan
menaikkan harga jual barangnya
untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya
biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total
biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi
naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya
sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi.
Harga terdistorsi oleh komponen
yang seharusnya tidak ada. Hal ini menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi
(high cost economy) dan pada akhirnya terjadi inefisiensi alokasi sumber
daya yang merugikan masyarakat.
Jika merujuk pada persamaan
AS-AD, terlihat korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk menyebabkan
kontraksi pada kurva penawaran agregatif.
Selain
menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan kelemahan
administrasi sangat membahayakan perekonomian yakni terjerat pada spiralling inflation atau hyper
inflation.
2.
Pajak yang
berlebihan (excessive tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pajak
yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh
korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva penawaran
agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive
tax mengakibatkan apa yang
dinamakan para ekonom dengan efficiency loss atau dead weight loss.
3.
Pencetakan
uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage)
Ketika terjadi defisit anggaran
baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi,
maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah
melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Ibn al-Maqrizi
berpendapat bahwa percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang
tidak lagi bernilai.
Menurut al-Maqrizi kenaikan harga
komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang,
sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga komoditas itu jarang
sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal
yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai
nominal kecil.
F.
Menghitung
Laju Inflasi
Laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan dalam beberapa indeks harga
dari satu periode ke periode lain.[12]
Untuk
menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks Harga, sebagai berikut:[13]
Laju
inflasi =
|
IHt – IHt-1
|
X 100 %
|
IH0
|
IHt =
|
Ht
|
X 100 %
|
H0
|
Keterangan:
IHt
= Indeks Harga tahun tertentu Ht =
Harga tahun tertentu
IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya H0 = Harga tahun
dasar
IH0 = Indeks harga tahun dasar
Ada tiga cara pengukuran dalam memahami laju
inflasi:[14]
1.
Membandingkan rata-rata tahunan
2.
Membandingkan bulan ini dengan
bulan yang sama tahun lalu
3.
Membandingkan bulan ini dengan
bulan yang lalu.
Ada beberapa tingkatan inflasi berdasarkan tingkat
kualitas parah atau tidaknya, yaitu:[15]
1.
Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi
merangkak (creeping inflation) adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10% per
tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang yang selalu
berada dalam proses pembangunan.
2.
Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu
lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai
membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat
dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat
yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu
lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
3.
Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang
lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini
diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk
melakukan spekulasi.
4.
Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang
lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap
saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan
uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hyperinflation).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inflasi adalah suatu gejala
dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun
secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh
penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
Sejarah inflasi di Indonesia antara tahun 1950-2002
dalam pemaparan Akhtar Hossain antara lain dikelompokkan dalam 3 periode utama
yakni: Periode
Soekarno, Soeharto dan Periode setelah Krisis.
Inflasi dapat menguntungkan
golongan masyarakat tertentu tetapi merugikan golongan lain. Karenanya setiap negara
berusaha menghindari inflasi dengan menerapkan berbagai kebijakan.
Inflasi
digolongkan dalam dua
golongan yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang (Natural
inflation) dan inflasi akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).
Untuk menghitung
besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks Harga, sebagai berikut.
Laju
inflasi =
|
IHt – IHt-1
|
X 100 %
|
IH0
|
Ada beberapa tingkatan inflasi
berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya, yaitu:
1.
Inflasi ringan
(<10% per tahun)
2.
Inflasi sedang (10% -
30% per tahun)
3.
Inflasi berat (30% -
100%)
4.
Inflasi
liar/hyperinflation (>100% per tahun).
B.
Saran
1.
Setiap negara harus
membuat kebijakan untuk mengatasi masalah inflasi, agar kehidupan rakyatnya
makmur sentosa.
2.
Dalam hal ini,
tidak hanya pemerintah/penguasa yang bertanggung jawab melainkan rakyatnya juga
bertanggung jawab jika terjadi inflasi. Jadi harus ada perbaikan perilaku
masyarakat.
3.
Untuk pemerintah /
penguasa berhati-hatilah dalam bertindak karna jika Anda sekalian menyeleweng,
maka kalian telah berbuat kerusakan yang amat besar dan merugikan banyak orang.
[2]Tim Abdi
Guru, Ekonomi SMA kelas XI (Jakarta:
Erlangga, 2004), 133
[3] Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 176-177
[4] Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 67-68
DAFTAR
PUSTAKA
Adiwarman
Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema Insani Press,
2001
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2010
Boediono, Ekonomi Moneter: Seri Sinopsis Pengantar
Ilmu Ekonomi, Yogyakarta, BPFE, 1985
Depag, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
Surabaya, CV. Penerbit Fajar
Mulya, 1998
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis,
Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008
Tim Abdi Guru,
Ekonomi SMA kelas XI, Jakarta, Erlangga,
2004
------------------------------------------------
3 komentar:
Hari ini,,,, kami anak ES V kehilangan Dosen yang cukup berharga untuk Kami...
Semula Kami berharap Anda akan menuntun kami sampai kami mendapat Gelar Sarjana...
Mau gimana laghi... jika semua itu tak seperti harapan kami, mungkin Tuhan berkehendak Lain...
ini Semua mungkin jalan yang terbaik bagi Anda dan juga Kami...
So Semoga Anda tetap Do'akan Kami, semoga kami semua Sukses...
Terima Kasih untuk Dosen Berharga Kami atas semua yang Engkau berikan...
Kami pasti akan merindukan Anda,,,
JUST FOR YOU...
Kami ditinggalkan,,, tapi Kami masih tetap bisa berhubungan atau Sharing Pada Beliau, meskipun Beliau tidak mengajar kami laghi...
Semoga Suksesss... kak...
dan Tetap Semangat Kuliahnya...
alhamdulillah akhirnya selesai juga makalah Inflasi dan Inflasi Dalam Ekonomi Islam .. silahkan download lengkap di jurnalmakalah.com
Posting Komentar