MAKALAH
ILMU HADIST
“ Imam Bukhari ”
Dosen
Pembimbing :
Khozainul
Ulum, S.H.I., M.H.I.
Kelompok
IX
Afirul
Murdifin - Anis Abidah
M.
Nurul Huda - Qurrata A’yun
Rif’atin
Aprilia - Siti Masruroh
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. dzat
yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya,
karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini sesuai dengan apa
yang diharapkan yaitu tentang
“Imam Bukhari”. Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas Ilmu
Hadist.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam
proses penyusunan tugas ini,
karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan
orang lain dan tanpa adanya bimbingan,
serta rahmat dan karunia dari–Nya.
Penulis berharap
agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat memberikan kritik
yang positif dan saran untuk kesempurnaan Makalah
ini.
Lamongan,
27 November 2014
|
|
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Biografi
Singkat Imam Bukhari.............................................. 3
B.
Persyaratan
Imam Bukhari Dalam Menerima Hadist
Shahih-nya............................................................................... 5
C.
Guru-Guru
Imam Bukhari dan Tingkatannya (Thabaqah)...... 6
D.
Murid-Murid
Imam Bukhari.................................................... 7
E.
Metode
Penulisan Kitab Hadist Dan Karya-Karya Imam
Bukhari.................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................. 14
B.
Saran
....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-qur’an membutuhkan penjagaan
dan pengawasan yang ekstra ketat agar dapat sampai kepada kita dengan utuh
tanpa terhindar segala bentuk keraguan akan sumber hadis tersebut.
Untuk menjaga hadis Nabi-Nya, maka Allah telah menyiapkan generasi pilihan
yang memiliki katrakter cinta terhadap Nabi dan sunnahnya. Hingga didapatkan
dari generasi ke generasi orang-orang yang memiliki karakter-karakter tersebut.
Mereka itulah yang kemudian dikenal dalam islam sebagai tokoh-tokoh pembela
hadis dan penyusunan hadis Nabi saw., maka salah satu dari beberapa bagian
penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil
atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan hadis, yang dengan jasa-jasa mereka
kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah memperoleh sumber
hukum secara lengkap dan sistematik serta dapat melaksanakan atau meneladani
kehidupan Rasullulah saw. untuk beribadah seperti yang dicontohkannya.
Untuk itu pada pembahasan kali ini, akan penulis sajikan profil sejarah
hidup Imam Bukhori.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
biografi tentang Imam Bukhari?
2.
Apa persyaratan
Imam Bukhari dalam menerima Hadist shahih-nya?
3.
Siapasaja
Guru-guru Imam Bukhari?
4.
Siapasaja
Murid-Murid Imam Bukhari?
5.
Bagaimana
metode penulisan kitab hadist dan apa saja karya-karya Imam Bukhari?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui biografi Imam Bukhari.
2.
Untuk
mengetahui persyaratan Imam Bukhari dalam menerima Hadist shahih-nya.
3.
Untuk
mengetahui guru-guru Imam Bukhari.
4.
Untuk
mengetahui murid-murid Imam Bukhari.
5.
Untuk
mengetahui metode penulisan kitab hadist dan karya-karya Imam Bukhari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Singkat Imam Bukhari
Nama beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari. Ia lahir pada hari Jum’at 13
Syawal 194 H atau bertepatan pada tanggal
21 Juli 810 M di kota Bukhara (suatu kota di Uzbekistan, wilayah Uni
Soviet, yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia dan Tiongkok).[1]
Ketika Al-Bukhari masih kecil ayahnya meninggal, sehingga ibunya
merawat dan mendidiknya seorang diri. Biaya pendidikannya itu didapat dari
harta peninggalan ayahnya.
Kakeknya yang bernama Bardizbah beragama Majusi, putranya
Al-Mughirah memeluk Islam di bawah bimbingan Yaman Al-Ju’fi (gubernur Bukhara),
sehingga dia dipanggil Mughirah Al-Ju’fi.[2]
Bukhari mulai belajar hadis saat masih muda, bahkan masih kurang
dari 10 tahun. Pada usia 16 tahun, dia telah menghafal banyak kitab ulama
terkenal, seperti Ibn Al-Mubarak, Waki’, dan sebagainya. Ia tidak berhenti pada
menghafal hadis dan kitab ulama awal, tapi juga mempelajari biografi seluruh
periwayat yang ambil bagian dalam periwayatan suatu hadis, tanggal kelahiran
dan wafat mereka, tempat lahir mereka dan sebagainya. Beliau merantau ke negeri
Syam, Mesir Jazirah sampai dua kali, ke Basrah empat kali, ke Hijaz bermuqim 6
tahun dan pergi ke Baghdad bersama-sama para ahli hadis yang lain sampai
delapan kali. Dalam salah satu perjalannya kepada Adam bin Abu Ayas, ia
kehabisan uang. Tanpa uang sepeserpun, dia hidup sementara dengan daun-daun
tumbuhan liar. Dia seorang penembak jitu, dan suka latihan agar siap berjihad
sewaktu-waktu.[3]
Menurut pengakuannya, kitab hadis yang ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak
kurang dari 1.080 orang guru hadis.[4]
Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh
kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda
dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh.
Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia
sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak
menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu. Bukhari meminta
kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat
apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut.
Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala
15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.[5]
Imam Bukhari pernah berkata: “Saya tidak akan meriwatkan hadis yang
kuterima dari sahabat dan tabi’in, sebelum aku mengetahui tanggal kelahiran,
hari wafatnya dan tempat tinggalnya. Aku juga tidak akan meriyatkan hadis mauquf
dari sahabat dan tabi’in, kecuali
ada dasarnya yang kuketahui dari kitabullah dan sunnah Rasulullah saw.[6]
Al-Allamah Al-Aini Al-Hanafi berkata, “Imam Al-Bukhari adalah
seorang yang hafizh, cerdas, cerdik dan cermat. Ia memiliki kemampuan
menjelaskan dengan jeli, kemampuan mengingatnya sudah masyhur dan disaksikan
para ulama yang tsiqah”.[7]
Dia wafat pada malam idul fitri tahun 256 H (31 Agustus 870 M)
dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Sebelum wafat beliau berpesan agar jenazahnya
dikafani tiga helai kain, tanpa baju dan sorban. Jenazahnya dimakamkan setelah
shalat zhuhur di hari idul fitri. Dia telah menempuh perjalanan hidup yang
panjang dihiasi amal mulia. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya
kepadanya.[8]
B.
Persyaratan
Imam Bukhari dalam Menerima Hadist Shahih-nya
Dalam menerima riwayat hadis, Al-Bukhari tidak menetapkan
persyaratan tertentu. Imam Bukhari dalam kitab shahihnya selalu berpegang pada
tingkat keshahihan yang paling tinggi, kecuali bagi bebarapa hadits yang bukan
materi pokok, seperti hadis mutabi dan syahid, serta hadis yang
diriwayatkan dari sahabat dan tabiin.
Syarat shahih yang telah disepakati oleh para ulama terhadap
penerimaan hadis Bukhari adalah sebagai berikut:[9]
a.
Perawi
hadis harus muslim, berakal, jujur, tidak mudallis dan tidak mukhtalit,
adil, dhabit, dan selalu memelihara apa yang diriwayatkan, sehat
pikirannya, pancaindranya dipakai untuk mendengar dan menghafal sedikit
salahnya, dan baik aqidahnya.
b.
Sanad-nya bersambung, tidak mursal, tidak munqati’, tidak mu’dal.
c.
Matan
hadis tidak
janggal dan tidak catat.
Dalam
kasus persambungan sanad beliau mensyaratkan:
1.
Periwayatannya
haruslah orang yang berkepribadian sangat luhur, dan termasuk dalam golongan
yang sangat tinggi dalam penguasaan literatur dan standar akademisnya.
2.
Harus
ada informasi positif bahwa para periwayat saling bertemu dan bahwa si murid
belajar dari syekhnya.
C.
Guru-Guru
Imam Bukhari dan Tingkatannya (Thabaqah)
Dalam perjalanannya berbagai negeri, Imam Bukhari bertemu
dengan guru-guru terkemuka yang dapat dipercaya. Beliau mengatakan: “Aku
menulis hadis dari 1.080 guru, yang semuanya adalah ahli hadis dan berpendirian
bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan”. Diantara guru itu adalah Ali bin Madini,
Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al-Firyabi, Maki bin
Ibrahim Al-Balkhi, Muhammad bin Yusuf Al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih. Jumlah
guru yang hadisnya diriwayatkan dalam kitab shahihnya sebanyak 289 guru.[10]
Guru-guru Al-Bukhari menurut Al-Hafizh terklasifikasi menjadi 5 (tingkatan),
yaitu:
Tingkatan pertama, orang yang menerima hadis
dari Tabi’in, mereka yang termasuk dalam kelas ini antara lain: Muhammad bin
Abdillah Al-Ansyari yang memperoleh hadis dari Humaid; Makki bin Ibrahim dari
Yazid bin Abi Ubaid; Abu Ashim An-Nabil dari Yazid bin Abi Ubaid; Ubaidilah bin
Musa dari Ismail bin Abi Khalid; Abu Nua’im dari Al-A’masy; Khallad bin Yahya
dari Isa bin Thuhman; dan Ayyasy dan Isham bin Khalid yang meriwayatkan hadist
dari Huraiz bin Utsman. Secara singkat, guru-guru mereka adalah Tabi’in.
Tingkatan kedua, orang lain yang semasa dengan
kelompok pertama, akan tetapi mereka tidak mendengar dari kelompok Tabi’in yang
tsiqah. Orang yang termasuk dalam kelompok ini antara lain; Adam bin Abi
Iyas, Abu Mashar Abdul A’la bin Mashar, Said bin Abi Maryam, Ayyub bin Sulaiman
bin Bilal dan lain-lain.
Tingkatan ketiga, ini merupakan tingkatan paling
tengah diantara sekian banyak guru-guru al-Bukhari. Mereka yang termasuk ke
dalam klasifikasi tingkatan ini tidak bertemu pada tabi’in. Oleh karena itu,
mereka hanya mendapatkan hadits dari kelompok tabi’at-tabi’in. Mereka yang
termasuk dalam kategori ini antara lain; Sulaiman bin Harb, Qutaidah bin Said,
Nua’im bin Hammad, Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma’in, Ahmad bin Hambal, Ishaq
bin Ruhawaih, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Utsman bin Abi Syaibah dan sejenisnya.
Pada tingkatan ketiga ini, Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari mereka.
Tingkatan keempat, mereka termasuk dalam tingkat
ini pada dasarnya sama dengan tingkat ketiga dalam mendapatkan hadis. Letak
perbedaannya, kalau tingkat ketiga lebih dahulu mendengar dan mendapatkan
hadits daripada tingkatan keempat ini. Orang yang termasuk dalam klasifikasi
ini antara lain; Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhuli, Abu Hatim Ar-razi, Muhammad
bin Abdirrahim Sha’iqah, Abd bin Humaid, Ahmad bin An-Nadhr dan ulama
sekelasnya. Imam Al-Bukhari hanya meriwayatkan hadits dari kelompok tingkatan
keempat ini apabila dia tidak mendapatkan hadis dari guru-gurunya yang berada
di tingkat di atasnya, atau Imam Al-Bukhari tidak menjumpai hadist tersebut
pada gurunya yang berada di level di atasnya.
Tingkatan kelima, sekelompok orang yang hadisnya
hanya dipakai pertimbangan dalam menentukan usia para perawi hadis maupun dalam
jalur periwayatan hadis. Imam Al-Bukhari mengambil hadis dari kelompok ini
karena adanya manfaat. Mereka yang termasuk dalam klasifikasi kelompok tingkat
kelima ini antara lain; Abdullah bin Hammad Al-Amali, Abdullah bin Al-Ash
Al-Khawarizmi, Husain bin Muhammad Al-Qabbani dan yang sejenisnya. Jumlah hadis
yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari guru tingkatan kelima ini jumlahnya
sangat sedikit.
D.
Murid-Murid
Imam Al-Bukhari
Orang yang meriwayatkan hadis dari Imam Bukhari
tidak terhitung jumlahnya. Sehingga ada yang berpendapat ada sekitar 90.000
orang yang mendengar langsung dari Imam Bukhari.[11]
Berikut biografi singkat diantara murid-murid
Imam Al-Bukhari:[12]
1.
Muslim bin Hajjaj
Nama
lengkapnya adalah Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz
Al-Qusyairi An-Naisaburi. Nama panggilannya adalah Husain. Ia lahir tahun 202 H
dan meninggal 25 Rajab tahun 261 H di salah satu daerah di Naisabur yang
bernama Nashr Abad. Karya terbesarnya adalah Shahih Muslim.
2.
Abu Isa At-Turmidzi
Nama
lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh-Dhahak As-Sulami. Ia
dilahirkan tahun 206 H dan meninggal tahun 279 H, diantara karyanya adalah Jami’
At-Tirmidzi dan Al-llal wa Asy-Syama’il.
3.
An-Nasa’i
Namanya
adalah Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Dinar. Lahir di kota Nasa’, salah
satu kota di Khurasan, pada tahun 215 H dan meninggal tahun 304 H. Kitab yang
ditulisnya As-Sunan Al-Kubra, ia menghadiahkan kitab tersebut kepada
Walikota Ramallah. Sewaktu menerima kitab, walikota bertanya kepada Imam
An-Nasa’i, “Apakah hadits-hadits dalam kitab ini semuanya shahih?” maka Imam
An-Nasa’i menjawab, “Tidak”. Kemudian Walikota memintanya untuk menyeleksi
hadis shahih saja. Hasil pilihannya diberi nama Al-Mujtaba yang lebih
dikenal dengan Sunan An-Nasa’i.
4.
Ad-Darimi
Namanya
Abdullah bin Abdirrahman bin Al-Qufl bin Bahram bin Abd Ash-Shamad At-Taimi
Ad-Darimi. Nama panggilannya adalah Abu Muhammad. Beliau lahir tahun 181 H dan wafat
tahun 255 H. Diantara buah karyanya yang terpenting adalah As-Sunan.
5.
Muhammad bin Nashr Al-Marwazi
Lahir
pada tahun 202 H.
6.
Abu Hatim Ar-Razi
Lahir
tahun 195 H dan wafat tahun 277 H dalam usia 82 tahun. Dia merupakan imam dalam
Al-Jarh wa At-Ta’dil.
7.
Ibnu Khusaimah
Nama
lengkapnya Abu Bakar bin Ishaq bin Khuzaimah. Adz-Dzahabi memberikan gelar
kepadanya Imam Aimmah (Imamnya para Imam) dan Syekh Al-Islam. Dia
lahir tahun 229 H dan wafat tahun 311 H.
8.
Abu Abdillah Husain bin Ismail al-Mahamili
Lahir
tahun 198 H dan meninggal tahun 330 H, ia adalah orang yang memiliki keutamaan,
jujur, taat menjalankan agama dan tsiqah.
9.
Ibrahim Al-Harbi
Lahir
tahun 198 H dan meninggal 285 H. dia termasuk imam besar dalam bidang fikih,
bahasa dan sastra.
10.
Abu Bakar Ibnu Abi Ashim Al-Hafizh
Lahir
tahun 230 H dan meninggal tahun 278 H. dalam bidang fikih, ia mengikuti Madzhab
Ad-Dzhahiri. Dia pernah menjadi hakim di Ashfahan.
11.
Al-Farbari
Lahir
tahun 231 H dan meninggal 330 H. Dia adalah orang terakhir meninggal dari murid
Imam Al-Bukhari yang meriwayatkan kitab Shahih Al-Bukhari dari Imam
Al-Bukhari. Banyak manusia dari penjuru dunia berdatangan kepadanya untuk
mengambil sanad Shahih Al-Bukhari.
12.
Shahih bin Muhammad Jazarah
Dia
memiliki memori yang kuat. Diantara gurunya adalah Yahya bin Ma’in, Ahmad bin
Hambal, Said bin Sulaiman dan Abu Nadhr At-Tammar. Dia meninggal tahun 292 H.
13.
Abu Ishaq bin Ma’qal An-Nasafi
Dia
telah meriwayatkan Shahih Al-Bukhari dengan sanadnya di daerah Maroko.
Ia meninggal tahun 292 H.
E.
Metode
Penulisan Kitab Hadis dan Karya-Karya Imam Bukhari
Kodifikasi hadis yang digunakan oleh al-Bukhari dalam penyusunan
kitab berbentuk fomat dan sistematika. Format yang digunakan al-Bukhari ini
berbeda dengan format yang digunakan oleh Muslim bin al-Hajjaj.
Al-Bukhari menggunakan metode seleksi (al-Intiqa’) dan
merangkum dan meringkas (al-Ikhtisar) dengan cara menyeleksi hadis-hadis
yang akan dicantumkannya.
Tema-tema kitab yang disusun oleh Imam al-Bukhari dengan memulai
dari hal yang berkenaan dengan akidah, kemudian ibadah, mu’amalah, dan
seterusnya ditutup dengan tema kitab yang sama dengan pembukaannya yaitu
masalah akidah. Hal ini, seakan menunjukkan pentingnya masalah akidah sebagai
pangkal dan ujung permasalahan. Sehingga pembacanya akan memulai dengan iman
sebagai fitrahnya dan berakhir dengan tauhid sebagai penutupnya.
Imam Bukhari mempunyai karya tulis cukup banyak, antara lain:
1.
Al-Jami’ Ash-Shahih
Karya ini disebut dengan nama Al-Jami’ Ash-Shahih Al-Musnad min
Hadits Rasulillah saw sunnatihi wa Ayyamihi. Al-Jami' Al-Musnad Al-Shahih
Al-Mukhtashr min Umar Rasulullah wa Sunanih wa Ayyamihi atau biasa disebut
"Shahih al-Bukhari". Yakni kumpulan hadis-hadis shahih yang beliau
persiapkan selama 16 tahun.[13]
Kitab tersebut berisikan hadis-hadis shahih semuanya, berdasarkan pengakuan
beliau sendiri, ujarnya: "saya tidak memasukkan dalam kitabku ini, kecuali
shahih semuanya."
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari
itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara
berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tampa pengulangan.
Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab
At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya
untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih
Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah
dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan yang
lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua
hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan
berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih
Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
a.
Ibnu Hajar (w. 825 H) mengarang Fath Al-Bari
b.
Al-'Ayni Al-Hanafi (w. 855 H) mengarang 'Umdah Al-Qari
c.
Qashthallani (w. 923 H) mengarang Irsyad Al-Syari
d.
Jalal Al-Din Al-Suyuthi (w. 911 H) mengarang Al-Tausyih
2.
At-Tarikh Al-Kabir
Karya ini ditulis beliau ketika usianya baru mencapai 18 tahun.
Lebih tepatnya ketika dia berada di Masjid Nabawi di Madinah pada saat rembulan
bersinar terang. Tatkala Ishaq bin Rahawaih melihat kitab ini, dia sangat
gembira sekali. Oleh Imam Bukhari, kitab ini dihadiahkan kepada Abdullah bin
Thahir yang menjabat sebagai Amir di Khurasan. Ketika memberikan kitab ini dia
berkata kepada Amir, “Ketahuilah, aku akan menunjukkan kepadamu sesuatu yang
menakjubkan.”
3.
At-Tarikh Al-Ausath
Kitab ini tidak dicetak dan tidak diterbitkan.
4.
At-Tarikh Ash Shaghir
Kitab ini dicetak melalui riwayat Abu Muhammad Zanjawiyah bin
Muhammad An-Naisaburi. dalam kitab ini, Imam Al-Bukhari telah menyebutkan nama
orang-orang terkemuka dari pada sahabat, Tabi’in dan Tabi’At-Tabi’in
berikut nasab, pertemuan mereka dan tahun meninggalnya. Dalam kitab ini, Imam Al-Bukhari juga sering
menyebutnya Al-Jarh wa At-Ta’dil. Kitab ini disusun berdasarkan tahun,
misalnya selesai Imam Bukhari menyebutkan tahun, maka ia akan menyebutkan tokoh
ulama terkemuka, demikian seterusnya.
5.
Khalqu Af’al Al-‘ibad
Yusuf bin Raihan bin Abd Ash Shamad da Al-Allamah Al-Farabi telah
meriwayatkan kitab ini dari Imam Al-Bukhari. Dalam kitab ini terdapat bantahan
terhadap kelompok Jahmiyah dan kelompok yang tidak mau menggunakan ayat-ayat
Alquran, tidak mau menggunakan hadis-hadist Nabi saw, atsar pada sahabat dan
atsar Tabbi’in. kitab ini telah dicetak.
6.
Adh-Dhu’afa
Ash-Shaghir
Imam Bukhari menulis dalam kitab ini nama para perawi hadits yang
dhaif secara urut berdasarkan abjad, dijelaskan juga sebab perawi itu
dinyatakan dhaif.
7.
Al-Adab Al-Mufradlullah Al-Jailani
Kitab ini berisi akhlak dan adab Rasulullah saw. Kitab ini telah
tercetak bersama syarahnya. Orang yang memberikan syarah kitab ini adalah
Fadhlullah Al-Jailani dengan nama Fadhlullah Ash Shamad fi Taudhih AlAdab
Al-Mufrad,cetakan Mathba’ah
As-Salafiyah.
8.
Juz’u Raf’u Al-Yadain
Perawi kitab ini adalah Mahmud bin Ishaq Al-Khuza’i yang dicetak
setelah ditahqiq oleh Abu Muhammad Badi’ Ad-Din Syah Ar-Rasidi As-Sanadi dengan nama Jala’
Al-‘Ainain bi Takhrij riwayat Al-Bukhari fi Juz’I Raf’I Al-Yadain. Dalam
kitab ini juga terdapat catatan pinggir dari Faiddh Ar-Rahman An-Nura dan
Irsyad Al-Haq Al-Atsari.
9.
Juz’u Al-Qira’ah Khalfa Al-Imam
Kitab ini merupakan risalah masyur dari Imam Al-Bukhari yang
mengukuhkan adanya bacaan bagi orang yang shalat sebagai makmum sekaligus
bantahan terhadap orang yang mengingkari adanya bacaan bagi makmum.
10.
Kitab Al-Kuna
Keberadaan kitab ini berdasarkan pernyataan Abu Ahmad dalam
karyanya. Kitab ini telah tercetak di Haidar Abad.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari. Ia lahir pada
hari Jum’at 13 Syawal 194 H atau bertepatan pada tanggal 21 Juli 810 M di kota Bukhara (suatu kota di
Uzbekistan, wilayah Uni Soviet, yang merupakan simpang jalan antara Rusia,
Persi, Hindia dan Tiongkok). Dia wafat pada malam idul fitri tahun 256 H (31
Agustus 870 M) dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.
Dalam
menerima riwayat hadis, al-Bukhari tidak menetapkan persyaratan tertentu. Imam
Bukhari dalam kitab shahihnya selalu berpegang pada tingkat keshahihan yang
paling tinggi, kecuali bagi bebarapa hadits yang bukan materi pokok, seperti
hadis mutabi dan syahid, serta hadis yang diriwayatkan dari
sahabat dan tabiin.
Diantara guru itu adalah Ali bin Madini, Ahmad bin
Hambal, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al-Firyabi, Maki bin Ibrahim
Al-Balkhi, Muhammad bin Yusuf Al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih. Jumlah guru yang
hadisnya diriwayatkan dalam kitab shahihnya sebanyak 289 guru.
Diantara murid-murid Imam Bukhari adalah: Muslim bin Hajjaj, Abu
Isa At-Turmidzi, An-Nasa’i, Ad-Darimi, Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, Abu Hatim
Ar-Razi, Ibnu Khusaimah, Abu Abdillah Husain bin Ismail al-Mahamili, Ibrahim
Al-Harbi, dan beberapa murid lainnya.
Imam Bukhari mempunyai karya tulis cukup banyak, antara
lain: Al-Jami’ Ash-Shahih, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tarikh
Al-Ausath, At-Tarikh Ash Shaghir, Khalqu Af’al Al-‘ibad, Adh-Dhu’afa Ash-Shaghir, dan masih banyak lagi.
B.
Saran
1.
Setiap
muslim harus mengetahui tentang tatacara bermuamalah dalam islam, agar mereka
tidak terjerumus dalam suatu kesalahan.
2.
Dalam
transaksi muamalah, semestinya setiap muslim mengetahui tentang prinsip-prinsip
dasar fiqih muamalah.
[1]
Zainal Abidin Ahmad, Imam Bukhari Pemuncak Ilmu hadits (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), 99
[2]
Muhammad bin Ismail al-Bukhâri, Al Jâmi‟us
Shahih, Thabaqah Kamilah Launân (Beirut; Dar al Kutub al Ilmiyah,
2004), 3
[3]
Muhammad Musthafa Azami, Memahami Ilmu Hadis telaah Metodologi dan
Literature Hadis, (Jakarta: Lentera,1993), 103
[4]
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada, 2002), 237
[5] Muhammad
Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis (Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya, 1997), 166
[6]
Muhammad Abu Ayuhbah, Kutubus Sittah (Surabaya: Pustaka Progresif,
1993), 43
[7]
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka
Al-kautsar, 2008), 492
[8] Ibid,
493
[9]
Muhammad Abu Ayuhbah, Kutubus Sittah, 43
[10]
Muhammad Abu Ayuhbah, Kutubus Sittah, 41-42
[11] Ibid,
42
[12]
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka
Al-kautsar, 2008), 502-504
[13]
Munzier Suparta, Ilmu Hadist, 239
[14]
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993), 348
1 komentar:
Wahh.... terimakasihh...
Posting Komentar